MINGGU Jam7.30 (Ibadah Raya)


Ibadah Minggu Pagi 7.30 di Blok A5 No.5 Perum Griya Kenari Mas, (Belakang Ruko BRI)


Untuk Informasi Hub.081280324336 atau silakan klik WA ini

Thursday, April 13, 2017

Merespon panggilan Tuhan


Merespons Panggilan Tuhan

January 15, 2017 

Belajar dari Teladan Hidup Abraham (Kej 12:1-9)

Setiap orang yang menjadi umat Allah adalah orang-orang yang mengalami dan menerima panggilan dari Tuhan. Jika kita mengamati cara Tuhan dalam memanggil umat-Nya, kita menemukan bahwa Tuhan punya cara-cara yang unik. Misalnya saja, saat Tuhan memanggil Musa, Tuhan menampakkan diri dalam semak duri yang sedang terbakar.

Kisah panggilan tokoh-tokoh Alkitab sangatlah unik. Cerita tersebut diceritakan ulang kepada kita sebab ada banyak pelajaran yang penting yang dapat dipelajari oleh umat Tuhan. Hari ini kita akan mempelajari kisah panggilan Allah terhadap Abram. Kita akan memikirkan tiga hal yang menjadi respons Abraham atas panggilan Allah bagi Dia.

Sebelumnya, kita harus memahami bahwa panggilan Allah kepada Abram bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Abram dipanggil Tuhan untuk meninggalkan segala kenyamanan dan kemapanan hidupnya. Lihat dalam Kej. 12:1, Tuhan berfirman kepada Abram “pergilah dari negrimu, dari sanak saudaramu, dari rumah bapamu ke negri yang akan Kutunjukan kepadamu.” Mengapa Tuhan menyebut mengenai “sanak saudara dan rumah bapamu,” hal apakah yang sedang dibicarakan Tuhan? “sanak saudara dan rumah bapa” adalah gambaran dari keluarga, tempat yang paling aman dan nyaman dalam kehidupan seseorang. Saat Tuhan menyuruh Abram meninggalkan keluarganya, meninggalkan rumah ayahnya, itu sama saja Abram diminta Tuhan untuk meninggalkan “zona aman hidupnya,” tempat yang selama ini memberikan kenyamanan dan keamanan bagi dia dan keluarganya.

Walaupun Allah memberikan kepada Abram janji yang indah, yang lebih baik dari kehidupan yang sedang dijalaninya, namun pada waktu itu apa yang Allah janjikan belum terjadi. Abram harus memilih antara kehidupan “yang sudah pasti” atau ikut perintah Tuhan yang “masih belum jelas.”

Jika kita menjadi Abram, apa pilihan kita? Mengikuti perintah Tuhan atau tetap tinggal di Haran? Pilih kehendak Tuhan yang “belum jelas” atau pilih yang sudah pasti saja? saya yakin, kita belum tentu akan mengambil keputusan seperti Abram, berani meninggalkan yang sudah pasti untuk mengikuti perintah Tuhan. Mengapa demikian? sebab manusia senang dengan kejelasan, manusia itu tidak suka dengan hal-hal yang tidak atau belum jelas.

Kisah panggilan Allah atas Abram mengajarkan kita untuk tidak menjadikan hidup dalam Tuhan semata-mata mengikuti logika dan pertimbangan manusia. Logika dan pertimbangan manusia cenderung dipengaruhi oleh keinginan untuk memiliki kehidupan yang nyaman, aman, dan senang.

Hal apakah yang Abraham lakukan dalam merespons panggilan Tuhan? Ada tiga hal yang Abraham lakukan. Pertama, Abraham merespons panggilan Tuhan dengan iman.

Saat Tuhan panggil Abram, ia taat kepada perintah Tuhan. Abram meninggalkan segala kenyamanan hidupnya untuk mentaati perintah Tuhan. Kitab Kejadian tidak menjelaskan kepada kita mengapa Abram dapat mentaati Tuhan, walaupun perintahnya sebenarnya berlawanan dengan logika dan pertimbangan manusia. Meskipun demikian, jika kita membaca Ibrani 11: 8, Alkitab mengatakan karena imanlah Abraham taat kepada Tuhan. Iman membuat seseorang mampu mentaati perintah Tuhan, walaupun perintah itu “barangkali tidak kita sukai.”

Jadi, jika kita ingin menjadi seperti Abram, memiliki iman yang kuat yang mampu membuatnya setia kepada Tuhan, maka kita harus mempunyai iman. Namun, bagaimana kita dapat memiliki iman yang seperti itu? maka jawabannya adalah iman seperti itu tidak bisa dipelajari, iman seperti itu adalah pemberiaan Tuhan.  Itulah sebabnya, kita harus meminta kepada Tuhan supaya kita mempunyai iman seperti Abram, iman yang membuat kita tetap setia pada Tuhan.

Mungkin kita bertanya, bagaimana dengan belajar firman Tuhan, rajin berdoa, rajin pergi ke gereja, dapatkah semuanya itu menghasilkan iman seperti Abraham? jika kita membaca kitab Kejadian, kita tidak melihat bahwa iman itu muncul setelah Abram rajin melakukan berbagai tindakan religius seperti yang tadi disebutkan.

Saya percaya, rajin ke gereja, rajin mendengarkan firman Allah, dan rajin berdoa dapat membuat kita menjadi orang Kristen yang bertumbuh dan kuat. Meskipun demikian, iman yang pertama-tama itu pada dasarnya adalah pemberiaan Tuhan. Tanpa iman yang Tuhan berikan, semua disiplin rohani yang kita lakukan, tidak akan membawa dampak apa-apa dalam kehidupan kita.

Jadi, dari peristiwa Abram kita melihat bahwa iman yang sejati, yang dimiliki oleh seorang umat Tuhan adalah pemberiaan Tuhan dan iman yang sejati memberikan dorongan yang kuat kepada orang yang memilikinya untuk mentaati perintah Tuhan.

Hal kedua yang kita lihat dari panggilan Abram adalah ia meresponi panggilan Tuhan dengan berbakti kepada Tuhan. Lihat Kejadian 12:7, ketika Tuhan berfirman untuk kedua kalinya kepada Abram, ia membuat mezbah. Apakah itu mezbah? mezbah adalah tempat untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, ibadah itu selalu dilakukan dalam bentuk memberikan korban kepada Tuhan. Jadi Abraham meresponi Tuhan dengan jalan memberi dirinya untuk beribadah kepada Tuhan.

Hal yang sama berlaku bagi orang-orang Kristen di zaman sekarang. Respon apakah yang harus ada pada kita setelah kita menerima panggilan Tuhan dan percaya Yesus? Maka jawabannya adalah kita harus menjadi orang-orang Kristen yang mengabdikan dirinya pada Tuhan dan ibadah adalah wujud nyata dari pengabdian diri seorang Kristen.

Jika dulu, orang-orang dalam Perjanjian Lama melakukan ibadah dengan jalan memberikan korban bakaran, maka sekarang orang-orang Kristen melakukan ibadah dengan jalan pergi ke gereja. Hal ini penting untuk kita pahami bahwa kita pergi ke gereja untuk beribadah. Kita pergi ke gereja karena kita adalah orang-orang yang telah menerima panggilan Tuhan, yang hadir disini untuk mengabdikan diri pada Tuhan melalui ibadah ini.

Jadi, pada saat kita menyanyi, kita harus sadar bahwa kita sedang mengabdikan diri pada Tuhan, maka menyanyilah dengan sepenuh hati. Demikian juga saat kita mendengarkan firman Tuhan, ingat kita sedang datang untuk mengabdikan diri pada Tuhan, maka dengarkanlah firman Tuhan dengan sepenuh hati.

Respon ketiga adalah Abram belajar membangun hubungan pribadi yang erat dengan Tuhan. Lihat dalam Kej 12:8. Dalam Alkitab dikatakan Abram memanggil nama Tuhan. Istilah memanggil nama berarti Abram mencoba untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan Tuhan.

Respon yang sama juga harus ada pada kita. Setelah kita menerima panggilan Tuhan, kita tidak cukup sekedar beribadah dengan setia, namun kita harus membangun hubungan personal dengan Tuhan.

Bagaimana caranya? caranya adalah dengan membangun sebuah hubungan komunikasi yang benar dengan Tuhan. Kita harus berlajar berkata-kata kepada Tuhan. Komunikasi dengan Tuhan biasa disebut orang dengan istilah doa. Meskipun demikian, ada banyak orang memahami doa itu secara mekanis, artinya memahami doa sebagai rutinitas kegiatan. Padahal doa adalah sebuah hubungan komunikasi, doa tidak bergantung pada jam, doa itu sesuatu yang dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Tugas kita sebagai orang Kristen adalah bagunlah hubungan pribadi dengan Tuhan, dengan benar. Selain itu, untuk membangun hubungan dengan Tuhan, kita perlu mendegar Tuhan berbicara. Itulah sebabnya membaca dan mendengarkan Firman Tuhan adalah hal penting bagi seorang Kristen.

Di awal tahun 2017 ini, Tuhan memanggil kita untuk hidup dalam iman dan taat pada Tuhan, memiliki komitmen untuk berbakti dengan setia pada Tuhan, dan menjadikan hubungan pribadi dengan Tuhan, doa dan menderngarkan firman Tuhan, sebagai hal utama dalam hidup kita..

Ditulis oleh

Chandra Gunawan

No comments:

Post a Comment

Etika kerukunan

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi rumusan pandangan dan sikap pemuka agama tentang etika kerukunan antar umat beragama. Men...