MINGGU Jam7.30 (Ibadah Raya)


Ibadah Minggu Pagi 7.30 di Blok A5 No.5 Perum Griya Kenari Mas, (Belakang Ruko BRI)


Untuk Informasi Hub.081280324336 atau silakan klik WA ini

Saturday, April 3, 2010

Pdt J Rompas,

Tokoh Pantekosta Jabar

Lahir di Kawangkoan, 8 Oktober 1931, Pdt. J. Rompas adalah anak ke-7 dari 9 bersaudara. Ia pernah bekerja di Toko kain (Bombay) selama 1 ½ tahun dan cita-cita berdagang karena ingin mandiri. Tapi ternyata Tuhan menghendaki dia menjadi pelayanNya.

Orang tua Pdt Rompas adalah orang Pantekosta sedangkan waktu itu Pdt Rompas bukan, kalau ada ibadah pantekosta di rumahnya, Pdt Rompas lah yang melempar rumahnya sendiri.

Tak lama kemudian ia pergi ke galian emas di Bolaang Mongondow karena melarikan diri akibat ejekan orang-orang karena orang tua pantekosta. Di galian emas itu, ia sering mendengar tetangganya berdoa. Tetangganya ini orang pantekosta. Dari sanalah ia mulai bertobat dan mulai ke Gereja pantekosta. Pada tahun 1950 ia bertobat sungguh-sungguh dilayani oleh Pdt Kereh. Setelah itu ia pulang kampung dengan berjalan kaki, karena tidak mempunyai uang di tangan. Tapi sudah dibaptis. Orang tuanya sendiri tidak percaya kalau ia sudah dibaptis.

Tak lama kemudian ia meninggalkan Minahasa dan merantau di pulau Jawa. Tinggal di Cimahi di rumah kakak yang seorang tentara. Di Bandung ia bekerja sebagai kenek montir bis Sabar, tahun 1952 jadi jemaat Lengkong Kecil (Pdt Wakary). Tahun 1953 – ia pindah ke Palembang dan tinggal di Pdt. Siwi. Disana ia melayani 100% dan oleh Pdt Siwi ditempatkan di Lahat sampai tahun 1954. Tahun 1954 ia ke Jakarta untuk Sekolah Alkitab di Lawang, tapi Pdt Runkat menahan dan disekolahkan di Manado. Tahun 1955 bulan Januari ia sekolah Alkitab di Langowan setelah selesai sekolah ia ke Bolaang Mongondow. Tahun 1957 bulan Maret ia pergi kembali ke Jawa dan menjadi pengerja di Cianjur (Pdt Awondatu). Setelah itu beliau membuka pelayanan di Sumedang sekitar 70-80 jiwa.

Tahun 1959 beliau menikah dengan Ibu Lydia Kurniani (Alm) dikaruniai 2 orang anak, 5 orang cucu, dan 2 cicit.

Tahun 1969 bulan September beliau ditawarkan menjadi Gembala di Sukabumi menggantian Pdt. Sitosuyen. Tahun 1973 ia mengikuti Musyawarah Daerah GPdI Jabar, lalu terpilih menjadi Ketua MD. Selama 8 periode berturut-turut ia terus menjadi ketua.

Setelah dipegang oleh beberapa tokoh Pantekosta seperti Pdt Wakkary (Medan), Pdt Elly Faraknimela, Pdt Kastanya (Bogor), dan Pdt Lontoh (Cirebon), kursi MD GPdI Jawa Barat dipegang oleh Pdt J Rompas memimpin hingga tahun 2003.

“Tentu banyak pengalaman yang saya alami, mulai dari yang sangat enak sampai yang tidak enak, yang sangat indah sampai yang sangat buruk, mulai dalam keadaan aman sampai keadaan darurat, dari mulai disajikan kue cucur sampai disajikan pistol di atas meja, tetapi itulah risiko seorang pemimpin yang tentu tidak bisa dirinci, karena banyak bahkan teramat banyak kesan-kesan yang saya alami bersama dengan rekan-rekan MD yang lain. Mengenai jumlah sidang, disaat saya menjabat sebagai Ketua, kira-kira Hamba Tuhan yang ada saat itu sekitar 70-an, dan oleh kemurahan Tuhan dan berkat semangat generasi-generasi muda jumlah tersebut menjadi sekitar 700-an dengan Banten, kalau Jabar sendiri saat terakhir saya menjabat yaitu tahun 2003 berkisar 500 sidang, kembali ini semua hanya kemurahan Tuhan,” ujar Rompas yang juga Gembala GPdI Sukabumi.

Dalam masa kepemimpinannya yang panjang kadangkala orang salah mengerti tentang dirinya. Banyak orang menyebutnya otoriter bahkan dictator, tapi semua ditepisnya. “Saya dengar ada yang meyudutkan saya seperti itu. Bagi saya salah satu sifat seorang pemimpin harus ada sekian persen sifat Otoriter, namanya juga pemimpin, dengan resiko yang harus di tanggung dia sudah mengambil keputusan, walaupun dia harus mengorbankan dirinya. Dalam moment-moment tertentu diperlukan ketegasan dan orang yang mengatakan saya otoriter berarti mereka hanya tahu saya saat mengambil tindakan otoriter tersebut, yang penting bagi saya bahkan bisa dilihat oleh hamba-hamba Tuhan secara umumkan hasil pelayanan GPdI di Jawa Barat,” ujarnya.

Rompas memiliki ayat dan motto favorit:
“Mintalah maka akan diberikan kepadamu, semua hal saya serahkan kepada Tuhan sebab kita inikan hanya pekerja, kalau Tuhan katakan kerja ya kita kerja, kalau diam ya kita diam. Lebih baik menyanyi saja: Siapkan kakimu menuju sasaran pahala tunggu kamu. Pahala itu bukan kursi jabatan, tetapi keselamatan yang sedang kita bangun kalau dikasih kursi ya saya duduk.”

Dalam masa kepemimpinannya Ia sangat terbeban menjadi pemimpin GPdI Jawa Barat. Programnya untuk GPdI Jawa Barat di masa lalu ditujukan untuk mensejahterakan hamba-hamba Tuhan untuk berkembangnya lebih jauh tidak hanya kuantitas hamba-hamba Tuhan namun terlebih lagi dalam kualitasnya. Sudah terlaksana, bahkan dengan lahirnya pelayanan-pelayanan baru baik di Jawa Barat maupun di Banten.

Ia juga sangat ketat dalam menertibkan pelajaran-pelajaran dan doktrin-doktrin yang berkembang. Ia sangat dengan anggota jemaat dan para pendeta. Dalam kepengurusannya yang mencapai 40 tahun itu, ia sangat dihormati, disegani dan juga disenangi. Meski ada beberapa tokoh pusat GPdI yang gerah dengan kehadirannya namun tak bisa dipungkiri Pdt J Rompas adalah tokoh GPdI yang sangat berjasa di Jawa Barat.

Etika kerukunan

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi rumusan pandangan dan sikap pemuka agama tentang etika kerukunan antar umat beragama. Men...